Kemudahan akses dalam memperoleh informasi terkait kesehatan mental tidak lantas bisa membuat kita bebas menerjemahkan kondisi mental yang (barangkali) sedang dialami. Istilahnya self-diagnozed. Ini bahaya banget sih menurutku. Di kala sedang ditimpa kesedihan, bukan berarti kita bisa langsung disebut depresi. Saat pagi hari merasa senang, lalu siang hari marah-marah, dan malamnya sendu ingin menyendiri, bukan berarti kita mengidap gangguan bipolar. Seharian bawaannya takut ditinggal dan merasakan jantung berdebar, bukan berarti pula kita mengalami gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder). Kita nggak boleh sembarangan melabeli diri kita sendiri, harus melalui tangan profesional.
Nah, yang bisa kita lakukan adalah mengenali dan menyadari perasaan-perasaan atau gejala yang muncul kalau kita lagi “aneh” atau “agak laen”. Misalnya, khawatir terus-menerus dalam waktu seminggu sehingga mempengaruhi konsentrasi (makan nggak enak, tidur susah, badan demam, gelisah, marah-marah). Otomatis fisik pun terpengaruh: mual, pusing, menggigil/demam; dan tentu saja mempengaruhi hubungan/interaksi dengan keluarga atau kerabat dekat. Kalau sudah di tahap ini, langkah terbaik adalah segera cari pertolongan.
Kalau mau yang dekat di area kecamatan, puskesmas bisa menjadi tujuan untuk konsultasi. Biasanya ada ruang konsultasi khusus untuk kejiwaan, tapi honestly aku kurang tahu juga tentang hal ini. Aku carinya yang pasti-pasti aja, jadinya langsung straight to the point nggak pake tedeng aling-aling Rumah Sakit Jiwa (RSJ)-lah yang menjadi tujuan. Alasannya: RS khusus mental dan banyak dokter spesialis kejiwaan yang praktik di tempat SAAT ITU JUGA. Kalo di RS umum lain, belum tentu dokter spesialis kejiwaannya ready, guys. Cuma hari-hari tertentu aja praktiknya.
RSJ yang menjadi tujuanku adalah Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Klaten. Lokasi tepatnya ada di area Wedi. Banyak dokter jiwa yang ready, tinggal pilih aja, syukur-syukur udah browsing duluan tentang profil dokter jiwa yang mau dipilih.
Di sini periksanya sebagai pasien umum yaa, guys. Aku nggak pake BPJS, walaupun sebenernya punya. Jadi di sini aku mau ceritain alur/prosesnya aja gitu biar kalian ada gambaran kalau mau periksa di RSJ sebagai pasien umum. So, without any further ado, let’s jump right in.
Yang pertama, daftar dulu
Di bagian pintu masuk (pendaftaran) ada satpam. Langsung aja bilang mau konsultasi ke poli jiwa. Nanti dicetakin nomor pendaftaran. Setelah itu, diarahkan untuk menuju loket pendaftaran.
Di loket bakalan dikasih formulir untuk diisi terkait identitas pasien dan dokter jiwa yang mau dituju. Di sini bisa pilih dokter yang ready siapa saja beserta jumlah antrean pasien yang sedang ditangani dokter di poli.
Jalan menuju poli jiwa
Jaraknya deket kok dari loket pendaftaran. Cuma di gedung sebelahnya. Setelah masuk ke poli jiwa, langsung aja ke bagian loket untuk menyerahkan berkas dan tanya-jawab dengan perawat poli. Prosedur rutinnya tentu saja dicek temperatur tubuh dan tekanan darah (tensi). Selebihnya, bisa cerita tentang gejala yang dialami dan dirasakan. Cerita yang banyaaakk dan selengkap mungkin yaa, guys. Karena bakalan disimak secara antusias oleh perawat dan of course dicatat.
Nunggu antrean dulu di poli jiwa
Kita dipersilakan nunggu antrean di ruang tunggu. Cukup luas dan di pojok ruangan disediakan minuman gratis, ada galon dan cup sekali pakai. Nah, kalau udah tiba gilirannya alias nomor antreannya udah dipanggil, masuk laaaahh ke dalam ruang poli.
Masuk ke ruang poli dan konsultasi
Di sinilah kita ketemu dengan dokter spesialis kejiwaan. Kita bisa cerita lebih banyak, lebih lama, dan lebih detail kepada dokter tanpa ditutup-tutupi. Semua perasaan, semua gejala yang menyerang fisik, apa pun itu sampaikan saja ke dokter. Hal ini dilakukan supaya dokter bisa memberikan diagnosa dan memberikan langkah yang tepat. Kalau sudah jelas semuanya, bahkan di hari pertama konsultasi saja udah bisa tegak diagnosa dan kemudian dokter bisa memutuskan untuk rawat jalan/rawat inap, dengan obat atau tanpa obat, dengan terapi mandiri atau terapi bantuan di luar. Semacam itu. But, in my case, dikasih resep dari dokter.
Selesai konsul, lanjut ke bagian farmasi
Keluar dari poli jiwa, lanjut ke bagian ruang depan (ruang masuk pas awal mau daftar tadi). Di sini dibantu satpam lagi untuk mendapatkan nomor antrean di bagian farmasi. Naah, setelah itu jalan deehh ke ruang sebelah (farmasi). Nanti akan dipanggil oleh petugas untuk konfirmasi tentang nama, tanggal lahir, dan dokter yang memeriksa. And then, dipersilakan untuk ke kasir dulu guna membayar tagihan.
Letak kasirnya ada di ruang dekat loket pendaftaran (jalan ke sebelah lagi). Ini tuh ruangnya cuma sampingan gitu, jadi jalannya nggak jauh-jauh amat, tenaaaangg. Anyway, sebagai pasien umum bayarnya juga sing umum-umum wae. Totalnya sekitar 130.000-an. Total biaya pemeriksaan (pemeriksaan dokter spesialis, asuhan keperawatan rawat jalan, dan pelayanan resep rawat jalan) itu sekitar 120.000-an, sisanya obat. Setelah bayar dan dapat kuitansi, kita dipersilakan untuk menunggu obat.
Proses selesai, tinggal terima obat
Di bagian farmasi, ruang tunggunya cukup luas walau kesannya sumpek. Bisa tunggu di luar ruangan juga kalau mau, atau bahkan ditinggal dulu buat jajan keluar kalau nomor antreannya masih lama. Di depan gedung RSJ ada Indomaret dan berbagai macam street food. Aman aja kalo mau jajan, kaaaann?? Yang penting jangan sampai kelewat aja nomor antreannya, kwkwkwkk~
Sooo, yeaaahh… Seperti itu, guys, proses atau alur kalau mau periksa alias konsultasi dengan dokter spesialis jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr. RM. Soedjarwadi Klaten sebagai pasien umum (non-BPJS). Semoga bisa membantu dan memberi pencerahan, ya. Tetap semangat, jaga kesehatan fisik dan mental! Ada quote menarik yang dipajang di dinding RS nih, guys.
See you in my next post, guys. Have a nice day!
 











 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar