16 Tips Kendalikan Amarah


Emosi dalam diri terdiri atas dua jenis, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Keduanya tidak jarang muncul tiba-tiba, sekonyong-konyong, begitu saja. Akan tetapi, setidaknya kita masih bisa mengendalikannya (sekalipun tidak mudah). Emosi yang akan kita bahas di sini adalah emosi negatif. Yeaaaaah!

Setiap orang pasti pernah marah dan tentu ada sebabnya. Entah karena hal besar maupun hal sepele sekalipun. Kadar kemarahan setiap orang pun berbeda-beda. Cara bereaksi ketika marah juga berbeda. Hati-hati! Jangan sampai ketika kita marah malah membuat keadaan makin parah atau justru malah menyakiti orang lain. Well, that’s why aku tertarik untuk membahas hal ini.
Aku mendapatkan tips-tips ini dari Evan Dumas (Twitter @eedumas). And, I think it’s worth to read. Sooo, yeaaa. Yok, kita bahas satu per satu!
  1. Talk about what makes you feel stressed. Talk about what makes you feel stressed with a human who will listen with respect and understanding. Utarakan segala sesuatu yang bikin kamu tertekan (stres, marah, kesal, jengkel, kecewa) kepada orang yang mau mendengarkanmu dengan penuh hormat dan pengertian. Jadi, orang yang kamu curhati ini nggak bakalan nge-judge kamu atau ngasih ceramah panjang lebar. Nggak enak ‘kan kalau kita niatnya pengen curhat tapi berakhir dengan dihakimi?
  2. Talk about what makes you feel joy. Talk about what makes you feel joy with a human who will listen with respect and understanding. Ungkapkan hal-hal yang bikin kamu senang, bahagia, dan ceria kepada orang yang mau memahami dan mendengarkan kamu dengan baik. Adalah suatu anugerah tatkala kita bisa berbagi kebahagiaan kepada orang lain tanpa merasa berat atau bahkan menyinggung perasaan orang yang kita curhati. Bebaskan. Lepaskan. Berbahagialah!
  3. Go slower. Pelan-pelan saja. Ketika pikiran serasa penuh sesak seakan segera meledak, jangan lupa inhale and exhale deep. Jangan lupa bernapas! Sayangi pembuluh darah di otak dan degup jantung kamu.
  4.  Build a habit. Build a habit of noticing how you react to things, this is called mindfullness. Bentuklah kebiasaan memperhatikan cara-cara kamu bereaksi terhadap berbagai hal, entah itu saat kamu menerima kabar bahagia atau musibah. Inilah yang disebut dengan mindfullness (keadaan berhati-hati). Ini juga merupakan salah satu cara kamu bisa mengenali diri kamu sendiri lebih dalam. Kalau kamu nggak kenal sama diri sendiri, siapa lagi?
  5. Be kind to yourself. Be kind to yourself. In small doses treat yourself with the same kindness you normally reserve for others you love and care about. Berbaik hatilah pada dirimu sendiri. Serius, deh! Ini penting banget. Kamu harus berbaik hati dengan dirimu sendiri sebagaimana kamu berbaik hati kepada orang yang kamu cintai. Kamu harus peduli dengan dirimu sendiri sebagaimana kamu juga peduli dengan orang lain. Barangkali, saking sayangnya kamu kepada orang lain, membuatmu jadi lupa untuk menyayangi diri sendiri. Love yourself, be kind to yourself.
  6. Realize you didn’t cause. Realize you didn’t cause this, it’s not your fault. Tidak semua hal yang terjadi disebabkan oleh semua tindakan kamu. Terkadang, justru faktor eksternallah yang memicu suatu permasalahan terjadi, and then merembet ke segala arah. Jadi, segalanya bukan disebabkan olehmu semata. Tenangkan pikiranmu terlebih dahulu.
  7. Realize you don’t have to heal alone. Realize you don’t have to heal alone, because you’re not alone in feeling this way. Sadarlah! Kamu nggak sendirian. Ada banyak orang di luar sana yang (mungkin) juga merasakan hal yang sama. Walau memang, untuk menyembuhkan diri sendiri kunci utamanya adalah diri sendiri. However, bantuan dari orang terdekat atau orang lain juga bisa turut andil dalam proses penyembuhan dirimu itu. Kamu nggak hidup sendirian di dunia ini.
  8. Realize burnout is an opportunity. Realize burnout is an opportunity for growth. It’s a time for new values, new perspectives, new support, and maybe new environments. Amarah merupakan jalan untuk bertumbuh. Dengan adanya amarah, kamu belajar untuk mengendalikan dirimu sendiri. Kamu nggak akan membiarkan amarah menguasai dirimu. Justru, kamulah yang harus menguasai segala emosi itu. Jangan biarkan dirimu kalah olehnya. Jadikan hal ini sebagai kesempatan untuk menemukan nilai-nilai baru dalam kehidupan, pola pikir baru dan cara pandang baru, dukungan-dukungan baru, dorongan baru untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan bahkan lingkungan baru yang jauh lebih baik.
  9. Forgive yourself. Forgive yourself for not acting on these stressors earlier, this is completely normal. Memaafkan diri sendiri untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap penyebab stres. Bertingkah normal. Cobalah untuk biasa saja. Kuasai diri sendiri terlebih dahulu.
  10. Choose self compassion. Realize there is a part of you larger than the part that suffers, and this part is what heals you. You always have this, there’s always the option to choose self compassion. Ada bagian dari dalam dirimu yang lebih besar daripada penderitaan yang kamu alami, dan bagian itulah yang akan menyembuhkanmu. Kamu akan selalu memiliki bagian itu. Akan selalu ada pilihan untuk penghiburan diri. Aku lebih suka menyebutnya sebagai penghiburan diri, bukan cara untuk mengasihani diri. Karena, menghibur dan mengasihani adalah dua hal yang berbeda.
  11. Get out of your head. Seriously, get out of your head and into your body. Food, exercise, walks, baths, whatever. Thinking about feelings rarely makes them change. Keluarlah dari sesaknya pikiranmu itu! Karena sesungguhnya pikiran-pikiran yang ada di otakmu itu sebagian besar hanya terjadi di alam pikiran, tidak di realitas. Fokuslah pada tubuhmu! Makanlah, berolahragalah, bergeraklah, menarilah, berlarilah, bernyanyilah, bermeditasilah, dan sebagainya! Terlalu larut dalam perasaan tidak akan mengubah apapun.
  12. Realize burnout is a systemic issue. Realize burnout is a systemic issue. Our work is breaking our hearts. Our “professionalism” was first crafted by dudes with no emotional intelligence. Our jobs deny our humanity, and that causes burnout. Amarah adalah persoalan sistemik. Terkadang, pekerjaan kita menghancurkan perasaan kita. Rasa “profesionalisme” dalam pekerjaan diciptakan oleh orang-orang yang tidak memiliki kecerdasan emosi. Pekerjaan kita mengabaikan rasa kemanusiaan kita, sehingga dapat menimbulkan amarah. Nggak jarang ‘kan beban kerja yang kita tanggung atas nama profesionalisme membuat kita mengesampingkan urusan keluarga, apalagi urusan perasaan hati dan kesehatan jiwa?
  13. 13.   Realize you’re not alone again. Realize you’re not alone again. Last polled 74% of Americans said that their jobs and money was the #1 stressor in their life. Sekali lagi, kamu nggak hidup sendirian. 74% warga Amerika menyatakan bahwa pekerjaan dan uang menjadi penyebab stres nomor 1 dalam kehidupan mereka. Itulah sebabnya kita perlu mengendalikan pikiran kita, demi kesehatan jiwa.
  14. Know that burnout is an issue. Know that it’s a hugely American issue. The ICD-10 (International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems) lists burnout as an issue (code Z73.0). But the DSM (our American diagnosis manual) makes no mention of it. So there’s that. ICD menyertakan amarah sebagai salah satu persoalan penting. Sementara, DSM tidak menyatakan hal yang sama. Hmmm, perbedaannya terletak pada cara pandang. Bagiku, amarah tetap masuk ke dalam issue penting itu. Biar bagaimanapun, amarah merupakan bagian dari emosi. Emosi adalah bagian dari dalam diri. Dan, hal ini akan tetap selalu menyertai dalam sepanjang garis kehidupan. Kalau kita mengabaikan amarah sebagai issue, kita akan menjadi pribadi yang heartless. Well, that’s only my opinion.
  15. Take the fire to motivate. Take the sadness and weariness and get empathetic for other folks burning out. We can fix this together but we need our fire to motivate us, not turn us into ash. Menerima segala kesedihan dan kelemahan adalah sebuah keharusan. Suatu hal terjadi tidak sesuai dengan harapan kamu. Lalu, apa yang akan kamu lakukan kalau tidak menelan pil pahit itu? Satu-satunya cara hanyalah menerimanya. Nrimo. Tidak semua hal berjalan sempurna. Terkadang, kerikil, aral, halangan, rintangan datang menyertai. Jadikan semuanya sebagai motivasi untuk bergerak lebih banyak, berusaha lebih keras, dan berbahagia lebih lebih lebih. Jangan sampai gangguan tersebut melemahkanmu. Kamu lebih kuat dan lebih hebat!
  16. 16.   Remember that you are not alone. For everyone responding that they don’t have someone to listen: it doesn’t have to be a lover or a close friend. A stranger will do, as long as they’re a human, and there’s lots of us. You’re not alone. We all have the capacity to care and be cared for. Kalau kamu ngerasa kamu nggak punya seseorang yang bisa mendengarkanmu, hey, ada banyak manusia di dunia ini. Orang asing atau kenalan pun bisa kamu jadikan tempat curhat. Tapi, tetaplah berhati-hati. Itu saja kuncinya.
Nah, itu dia beberapa tips mengenai cara mengendalikan amarah biar nggak berapi-api. Inti dari semua itu adalah BERBAGI alias SHARING. Nggak semua hal harus dipendam sendiri. Ada kalanya kita perlu berkisah, bercerita, menuangkan sedikit/banyak kecamuk yang bergerilya di dalam pikiran, dan mengutarakan hal-hal yang selayaknya diungkapkan ke permukaan. Semua demi kewarasan pikiran dan jiwa. Tenanglah, kita tidak hidup sendiri di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar